KEPEMIMPINAN VISIONER
KEPEMIMPINAN VISIONER
Oleh:
Firmansyah
Organisasi masa kini tidak bisa dilepaskan dari seorang pemimpin. Dalam kontek perjalanan dan eksistensi organisasi, pemimpin bisa diibaratkan sebagai pemegang kemudi yang menentukan arah dan tujuan organisasi sekaligus eksistensinya pada masa yang akan datang. Organisasi yang merupakan wadah tempat berkumpulnya individu-individu yang secara bersama bekerja untuk mencapai visi, misi dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Tugasnya mengarahkan organisasi, yang di dalamnya berisi manusia dengan berbagai latar belakang, karakter dan kepentingan yang berbeda, bukan hal yang mudah untuk dijalankan oleh seorang pemimpin. Untuk mendekati, mengarahkan dan membawa organisasi ke tujuan akhir diperlukan pemimpin yang bisa melakukan berbagai pendekatan dengan dan melalui gaya kepemimpinan yang sesuai dengan konteks dan kondisi organisasi yang dipimpinnya. Kemampuan seorang pemimpin untuk mendekati organisasinya dengan gaya kepemimpinan tertentu akan mengarahkan untuk bisa mencapai visi, misi dan tujuan organisasi.
Tugasnya mengarahkan organisasi, yang di dalamnya berisi manusia dengan berbagai latar belakang, karakter dan kepentingan yang berbeda, bukan hal yang mudah untuk dijalankan oleh seorang pemimpin. Untuk mendekati, mengarahkan dan membawa organisasi ke tujuan akhir diperlukan pemimpin yang bisa melakukan berbagai pendekatan dengan dan melalui gaya kepemimpinan yang sesuai dengan konteks dan kondisi organisasi yang dipimpinnya. Kemampuan seorang pemimpin untuk mendekati organisasinya dengan gaya kepemimpinan tertentu akan mengarahkan untuk bisa mencapai visi, misi dan tujuan organisasi.
Tipe suatu kepemimpinan, organisasi dan perilaku organisasi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Tipe kepemimpinan adalah gaya yang dipakai oleh seorang pemimpin, tidak hanya, mengendalikan organisasi tetapi juga menginspirasi dan menciptakan kultur organisasi, di organisasi yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekaligus menjaga keberlangsungan organisasi pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, pada bagian ini secara berututan akan dibahas mengenai (teori) kepemimpinan visioner, dalam kepemimpinan serta aplikasi dari lingkup organisasi.
Penjelasan Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner sangat diperlukan untuk memajukan sebuah organisasi. dalam dunia pendidikan, khususnya dalam konteks school based management kepemimpinan tipe ini sangatlah diperlukan. Bukan hanya diperlukan, kepemimpinan visioner sangat relevan dan didambakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Kepemimpinan visioner bisa dipahami sebagai pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Kertanegara, 2003 dalam Suprayitno, 2007).
Selain mengandung unsur kemampuan untuk memberi makna atau arti pada kerja dan usaha bawahan dengan memberikan arahan, seorang pemimpin yang visioner haruslah seorang yang bisa menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang memahami prioritas, menjadi pelatih yang professional, serta dapat membimbing bawahannya untuk bisa bekerja secara professional seperti yang diharapakan.
Untuk bisa menjadikan organisasi dan seluruh elemen yang ada di dalamnya bisa bekerja secara maksimal sesuai dengan yang diharapakan, maka seorang pemimpin yang visioner dituntut untuk mampu menjalankan empat peran. Nanus (1992, dalam Suprayitno, 2007:6) mengungkapkan keempat peran yang harus bisa dijalankan oleh seorang pemimpin yang visioner adalah:
- Peran penentu arah (direction setter). Peran ini adalah peran dimana seorang pemimpin menyajikan sauatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dengan melibatkan orang-orang yang ada dalam organisasi. Sebagai penentu arah, pemimpin harus bisa menyampaikan visi, mengomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan,serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan adalah hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
- Agen perubahan (agent of change). Peran ini adalah peran penting kedua. Pemimpin yang efektif harus mampu secara konstan menyesuaikan organisasi untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan luar baik perubahan dalam bidang ekonimi, sosial, teknologi dan politik yang sifatnya dinamis. Selain itu, dengan mengacu kepada perubahan-perubahan yang selalu terjadi, poemimpin harus mampu berpikir dalam kerangka waktu masa depan mengenai perubahan potensial dan yang dapat diubah.
- Juru bicara (spokeperson). Pemimpin sebagai juru bicara visi harus mengomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang untuk melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi baik secara internal dan eksternal. Efektivitas pemimpin pada tataran ini sangat ditentukan oleh kecakapannya untuk mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi yang ada kemudian mendayagunakannya untuk menjelaskan dan membangun dukungan bagi visi masa depan organisasi.
- Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus bisa menjadi pelatih yang baik. Artinya, pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang telah dikemukakan dan mengoptimalkan kemampuan seluruh “pemain” untuk bekerjasama, mengoordinir aktivitas atau usaha para “pemain”, untuk mencapai “kemenangan” atau mencapai visi organisasi. sebagai pelatih, pemimpin harus bisa membuat dan menjaga supaya semua “pemainnya” bisa fokus untuk merealisasikan visi dengan memberikan pengarahan, membarikan harapan dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan.
Efektifitas peran seorang pemimpin visioner bisa dijalankan secara maksimal apabila ia memiliki kompetensi. Mengenai kompetensi, Nanus (1992 dalam Suprayitno, 2007:5) menyatakan empat kompetensi yang harus dimiliki pemimpin visioner. Yang pertama adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi.
Kemampuan memahami lingkungan luar dan bereksi secara cepat terhadap potensi ancaman dan peluang adalah kompetensi kedua yang wajib dimiliki oleh pemimpin yang visioner. Dalam kemampuan bereaksi ini tercakup komponen bisa melakukan relasi secara cakap dengan orang-orang kunci di luar organisasi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap organisasi.
Kompetensi ketiga adalah kemampuan pemimpin untuk membentuk dan memengaruhi praktik organisasi, prosedur, produk, dan jasa. Dalam konteks ini pemimpin harus terlibat untuk menghasilkan dan memertahankan kesempurnaan pelayanan, sembari memersiapkan dan memandu jalannya organisasi untuk mencapai visi yang telah ditetapkan.
Kompetensi yang terakhir adalah kemampuan untuk mengembangkan ceruk guna mengantisipasi masa depan. Yang dimaksud dengan ceruk adalah sebuah bentuk imajinatif, yang didasarkan pada kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumberdaya organisasi guna memersiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan.
Berbeda dari Nanus (1992) yang hanya menyajikan empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin visioner, Brown (dalam Ardi, 2011) mengemukakan sepuluh kompetensi berikut ini:
- Visualizing. Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
- Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
- Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
- Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu.
- Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
- Taking Risks. Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
- Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
- Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu, departemen dan golongan tertentu.
- Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk bekerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
- Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Dari kompetensi-kompetensi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan dan ditandai oleh kemampuan dalam membuat perencanaan yang jelas sehingga dari rumusan visinya akan tergambar sasaran yang hendak dicapai dari pengembangan lembaga yang dipimpinnya.
Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, penentuan sasaran dari rumusan visi tersebut dikenal dengan sasaran bidang hasil pokok. Di samping itu, kemampuan visioner pemimpin dimaknai sebagai kemampuan untuk mencipta, merumuskan, mengomunikasikan, mensosialisasikan/mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan pemangku kepentingan (stakeholders) yang diyakini sebagai cita-cita organisasi pada masa yang akan datang yang harus diraih atau diwujudkan melalui semua personel (Kuntho, 2011).
Kepemimpinan Visioner menurut Ki Hajar Dewantara
Konsep kepemimpinan visioner ala Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, menarik sangat menarik. Melalui konsepnya Ing ngarso sungtulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani (yang di depan member teladan, yang di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa, dan yang di belakang memberi dorongan) mampu memerbarui konsep kepemimpinan visioner dan menghapus konsep-konsep yang salah terkait kepemimpinan.
Konsep-konsep keliru yang diperbarui oleh Ki Hajar Dewantara melalui semboyan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani adalah pemahaman bahwa pemimpin harus sepenuhnya demokratis terhadap keinginan rakyatnya; pemimpinn harus selalu memiliki jabatan pemimpin; dan konsep bahwa pemimpin harus dikenal sebagai pemimpin (Sianipar, 2010).
Melalui semboyan ing ngarso sung tuladha, Ki Hajar mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus menjadi conth dan panutan bagi para pengikutnya. Namun kenyataannya, dalam berbagai kasus, justru hal ini tidak tercapai. Pemimpin banyak tidak bisa menjadi panutan bagi pengikutnya. Dalam konteks kepemimpinan visioner, pemimpin harus mampu melakukan prinsip greater good dengan berani berkorban (untuk sementara) guna mencapai hasil yang lebih baik. Pemimpin tidak hanya berani menuntut pengikutnya untuk berkorban tetapi dia sendiri harus melakukannya.
Ing madya mangun karso yang artinya yang di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa. Dalam konteks kepemimpinan visioner, semboyan ini dioperasionalkan dalam wujud konsep bahwa pemimpin tidak selamanya harus memiliki suatu jabatan kepemimpinan. Perspektif semboyan ini adalah ketika sesorang tidak memiliki jabatan atau validitas sebagai pemimpin, ia memiliki keleluasaan untuk memimpin. Namun demikian, operasionalisasi konsep ini bukan tanpa kendala. Pertanyaan yang bisa muncul adalah, apakah seseorang yang tidak memiliki validitas sebagai pemimpin bisa dianggap pemimpin dan dijadikan panutan bagi orang banyak?
Slogan yang terakhir adalah tut wuri handayani. Yang di belakang memberikan dorongan. Ini adalah esensi penting dari seorang pemimpin visioner. Pemimpin visioner harus mengerti bahwa ada kalanya tidak memimpin sama sekali justru merupakan tindakan memimpin. Dalam konteks semacam ini, yang perlu dipersiapkan adalah pengikut, bukan pemimpin. Apakah pengikut bisa menerima dorongan yang diberikan oleh seorang pemimpin yang tidak memimpin? Dalam kasus semacam inilah kedewasaan dan kematangan individu dan organisasi bisa diketahui. Apakah dorongan dilakukan karena faktor otoritas dan kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin. Atau, apakah pengikut bisa dan mau menerima dorongan ketika seorang pemimpin tidak sedang menjalankan tampuk kepemimpinannya?
Tut wuri handayani sejatinya jauh lebih dalam dari sekedar memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menjadi ketua atau pemimpin (Sianipar, 2010). Tafsiran mendalam tut wuri handayani dalam makna kepemimpinan adalah bahwa untuk menjadi pemimpin, kita tidak perlu pengakuan orang lain bahwa kita adalah pemimpin.
Semboyan Ki Hajar Dewantara kalau dilebur dalam konsep kepemimpinan akan menghasilkan konsep kepemimpinan visioner yang ideal karena di dalamnya tercakup pemimpin yang berani dan rela berkorban karena memiliki visi yang baik untuk orang yang dipimpinnya dan tidak gila jabatan.
Harus diakui bahwa, tidak mudah untuk mewujudkan dan mengoperasionalisaskan konsep kepemimpinan visioner ala Ki Hajar Dewantara yang akarnya tertanam kuat dan dalam dalam budaya bangsa Indonesia. Diperlukan lebih dari sekedar pengetahuan untuk bisa mengaplikasikan konsep ini. Namun demikian, konsep ini tidak mustahil untuk dilakukan manakala kita memiliki tekad dan pandangan jauh ke depan sebagai seorang pemimpin visioner dalam arti yang sesungguhnya.
Kesimpulan
Suatu kepemimpinan di Pemerintahan, Ormas dan Organisasi Pemuda sudah pasti berpengaruh dalam proses penyelenggaraan organisasi, agar pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan. karena untuk mewujudkan Kepemimpinan visoner adalah kepmimpinan yang mampu menggerakkan seluruh sumberdaya menjalankan misi agar dapat mendekati visi yang ditetapkan.
Kepemimpinan visioner harus mampu memahami wawasan jauh kedepan dan memiliki kemampuan membawa organisasinya berkembang dan mampu menghadapi segala tantangan zaman. Lembaga organisasi sangat memerlukan pemimpin yang visioner, hal ini agar suatu organisasi bisa maju sebagaimana tujuan yang sesungguhnya.
Seiring berkembangnya teknologi Informasi saat ini kita bisa melihat begitu banyak pengaruhnya terhadap kepemimpinan, hal ini bisa dilihat munculnya suatu sistem informasi bertaraf teknologi sehingga hal ini memperkecil gerak dan biaya yang keluarkan karena teknologi informasi mampu memberikan suatu pemberitahuan kegiatan dan program kerja organisasi sudah di onlinekan, namun jika organisasi tidak mengikuti perkembangan teknologi bisa saja organisasi itu lambat pergerakannya.
Referensi:
Buku :
Suryaman, Yana. Great Leadaer 4 Kunci Sakti Menjadi Pemimpin Hebat. Jakarta: Bestari, 2016 (Bab 4 Pemimpin Visioner, 83)
Internet:
https://nasional.sindonews.com/read/1261128/18/pemimpin-visioner-1511794569, https://www.finansialku.com/kepemimpinan-visioner-visionary-leadership/.
Kepemimpinan visioner harus mampu memahami wawasan jauh kedepan dan memiliki kemampuan membawa organisasinya berkembang dan mampu menghadapi segala tantangan zaman. Lembaga organisasi sangat memerlukan pemimpin yang visioner, hal ini agar suatu organisasi bisa maju sebagaimana tujuan yang sesungguhnya.
Seiring berkembangnya teknologi Informasi saat ini kita bisa melihat begitu banyak pengaruhnya terhadap kepemimpinan, hal ini bisa dilihat munculnya suatu sistem informasi bertaraf teknologi sehingga hal ini memperkecil gerak dan biaya yang keluarkan karena teknologi informasi mampu memberikan suatu pemberitahuan kegiatan dan program kerja organisasi sudah di onlinekan, namun jika organisasi tidak mengikuti perkembangan teknologi bisa saja organisasi itu lambat pergerakannya.
Referensi:
Buku :
Suryaman, Yana. Great Leadaer 4 Kunci Sakti Menjadi Pemimpin Hebat. Jakarta: Bestari, 2016 (Bab 4 Pemimpin Visioner, 83)
Internet:
https://nasional.sindonews.com/read/1261128/18/pemimpin-visioner-1511794569, https://www.finansialku.com/kepemimpinan-visioner-visionary-leadership/.
Casino in Maine | Jtmhub.com
BalasHapusIt's now open for business on the Hard Rock 과천 출장마사지 Hotel & Casino in Hanover, MN with a new addition to the 삼척 출장샵 already 동해 출장샵 existing 서울특별 출장샵 Hard Rock Hotel & Casino 하남 출장샵 brand.